Labirin Harapan
Labirin Harapan
Penulis
Kirana Ardhana R.P
Ini bukan soal bagaimana seorang gadis muda bertemu pujaan hatinya, melainkan kisah dengan alunan melodi kata yang bertumpuk menjadi satu kesatuan utuh. Aku bukan seorang penulis handal layaknya Andrea Hirata dengan novel "Laskar pelangi" nya yang terkenal, melainkan seorang pelajar nggak ada kerjaan dan sedang berpikir.
Apa, sih, yang orang pikirkan ketika mereka sendiri? Masa depan? Karir? Atau menikah? Bagi sebagian orang yang sudah dewasa. Tapi, pernah nggak, sih, dalam sendirimu itu dipenuhi oleh kata, "Harapan" dan "Impian"?
Banyak dari kita mencoba masa bodoh dengan hal itu. Tapi, apa jadinya kalau kamu tiba-tiba terjebak dalam labirin yang kamu buat sendiri? Malah berakhir dengan pikiran untuk bunuh diri. Menurutku, itu kekanakan.
Tapi, setelah aku lewati beberapa waktu belakangan ini. Hal itu ada benarnya. Aku nggak bisa menyalahkan orang lain yang terkadang berpikir untuk bunuh diri, tapi, nggak semua yang dia lakukan itu benar. Mati bunuh diri bukan sesuatu hal yang dapat menyelesaikan masalah. Apa sudah yakin Tuhan menerimamu? Belum, 'kan?
Seperti yang aku rasakan sekarang. Sekolah Menegah Atas, keren, sih, kedengarannya. Seperti merasa waktu sekolah tinggal beberapa tahun dan bisa hidup bebas. Itu yang pikirkan tepat sebelum masuk. Ok, aku anggap itu selebrasi terbesarku selama 16 tahun ini.
Siapa yang nggak bahagia kalau sudah menginjak pendidikan yang lebih tinggi dan di mana orang bilang kalau Sekolah Menegah Atas itu mengasyikkan. Memang apa yang mereka bicarakan ada benarnya dan aku merasakannya. Teman, suasana, guru, dan kenangan menyenangkan lainnya. Jujur saja, jika disuruh memilih ingin kekuatan apa? Maka aku akan pilih memberhentikan waktu. Aku ingin menikmati masa-masa di SMAku walau sebenarnya aku sekolahnya di SMK. Ok, kita sebut SMK saja.
Waktu yang berlalu untuk berpikir setiap harinya terkadang orang menganggapnya bagai angin lalu dengan angkuhnya. Apakah dia pernah merasakan susahnya menjawab soal trigonometri atau aljabar yang mematikan? Nyatanya, embel-emel "kerja pabrik dengan gaji UMR" dan "PNS" masih menjadi pemenang.
Aku pernah berpikir, emang apa hebatnya jadi PNS? Memangnya gaji Rp. 6.000.000,00 sebulan itu membanggakan?
Sebagai pemuda yang banyak mimpi sepertiku nyatanya berpikir kalau hal itu memuakkan. Mereka selalu membanggakan hal yang umum.
Ok, lupain hal itu sekarang. Masih terlalu dini buat membahas hal berat. Aku mau bertanya, apa cita-citamu?
Itu hal yang susah untuk dijawab jujur saja. Coba deh, rata-rata manusia di dunia ini gak ada yang benar-benar berhasil sama cita-cita mereka. Karena semua manusia itu plin-plan. Pada dasarnya hanya beberapa orang yang memiliki pendirian kuat dalam dirinya. Tapi, nggak sedikit dari mereka juga gagal dengan pendirian mereka karena ekonomi.
Benar, sebuah ekonomi dapat memengaruhi semua yang kalian lakukan. Tanpa itu semuanya sia-sia. Tapi, setelah aku pikir-pikir, motivasi yang orang-orang serukan di sosial media cuma bullshit.
Nggak salah, dan aku malas buat membahas ini. Lebih baik kita mikirin masa depan. Tapi tetep aja, kata-kata seruan "Lo punya uang, lo punya kuasa." Itu gak akan hilang dan terus berlanjut. Pertanyaanku, uang sepenting itu ya? Dan jawabannya emang.
Ok balik lagi di topik. Semua hal baru yang kamu asah semakin baik nantinya. Tapi, berbeda kalau memang bukan di passionnya. Kayak contohnya, ketika kamu mau masak steak, tapi kamu nggak bisa masak itu juga butuh waktu lama karena harus belajar dari dasar. Kayak halnya orang yang sudah bisa, mereka malah semakin berkembang.
Ini bukan masalahin tentang untuk menyerah, tapi, hanya pemikiran secara realistis yang terjadi di dunia ini.
Sebenernya, kalau diri sendiri mau berusaha lebih keras itu lebih baik. Semua nggak ada yang sia-sia dan kita juga punya mimpi walau kita ragu. Nggak ada salahnya mencoba dan berkembang lambat asalkan kita mau.
Iya, mau, kalau ada mau dan niat itu semua bakal bisa. Nggak apa jatuh berkali-kali, nangis berkali-kali, karena aku ngerasain hal itu juga.
Dunia yang keras ini emang suka nuntut lebih dari kemampuan kita. Tapi, apa daya? Mau nggak mau kita juga harus mengikuti kemauan keras dunia. Capek? Aku juga, mau nyerah? Aku juga. Tapi, mimpi yang udah kita bangun bakal sia-sia.
Ini memang bukan jalanku, jalanmu, jalan kita. Ini jalan mereka, mereka yang mengharap lebih jauh diatas kemauan dan kemampuan kita. Tapi, aku tahu, kamu, aku, kita, pasti bisa melewatinya. Melewati jurang terjal di depan.
Semangat para pejuang jati diri. Menerima kenyataan memang sakit. Tapi, menjdi dewasa itu lebih membahagiakan. Nggak apa merangkak dulu, pada akhirnya kita semua bisa. Lebih bisa dari "dirinya" yang selalu dibandingkan dengan kita. Lebih bisa dari "dia" yang ramgking satu. Pada dasarnya, peringkat tertinggi adalah di mana kamu berhasil bertahan di gelapnya jurang.
Komentar
Posting Komentar